TEORI KARL MARX DALAM REALITA KEHIDUPAN

Nama               : Fajar Sandy Darmawan

 

NIM                : B75210077

 

Sem/Prodi       : 2/Sosiologi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TEORI KARL MARX DALAM REALITA KEHIDUPAN

 

Kehidupan individu dan masyarakat kita didasarkan pada asas ekonomi. Antara lain ini berarti bahwa institusi- institusi politik, pendidikan, agama ilmu pengetahuan, seni keluarga, dan sebagainya, bergantung pada tersedianya sumber-sumber ekonomi untuk kelangsungan hidup, juga berato bahwa institusi- institusi ini tidak dapat berkembang dalam cara-cara yang bertentangan dengan tuntutan sistem ekonomi.

Bagi Marx, kunci untuk memahamikenyataan sosial tidak ditemukan dalam ide-ide abstrak, tetapi dalam pabrik-pabrikatau dalam tambang batu bara, dimana para pekerja menjalankan tugas yang diluar batas kemanusiaan dan berbahaya, untuk menghindaridiri dari mati kelaparan, dala kalangan penganggur dimana orang menemukan harga dirinyasebagai manusia yang ditentukan oleh ketidakmampuannya untuk menjual tenaga mereka di pasaran. Dalam kantor-kantor kapitalis dimana analisa perhitungan pemby\ukuan mengarah ke satu keputusan untukmeningkatkan penanaman modal  dari pada untuk eningkatkan upah, dan akhirnya dalam konfrontasi revolusioner  antara pemimpin-pemimpin serikat buruhdan mereka yang mewakili kelas kapitalis yang dominan. Peristiwa yang demikian itu merupakan kenyataan sosial, bukan impian naif dan idealistik yang dibuat oleh ilmu pengetahuan, teknologi dan pertumbuhan industri untuk meningkatkan kerja sama dan peningkatan kesejahteraan dalam bidang materi semua orang.[1]

 

A. Kapitalisme

 

Marx menemukan inti masyarakat kapitalis didalam komoditas. Suatu masyarakat didominasi oleh objek-objek nilai utamanya adalah pertukaran yang memproduksi kategori-kategori masyarakat tertentu. Dua tipe utama yang menjadi perhatian Marx adalah proletariat dan kapitalis. Proletariat adalah para pekerja yang menjual kerja mereka dan tidak memiliki alat-alat produksi sendiri. Proletariat tergantung sepenuhnya pada upahnya untuk bertahan hidup. Hal inilah yang membuat proletariat tergantung pada orang yang memberi upah.

Orang yang memberi upah adalah kapitalis. Kapitalis adalah orang-orang yang memiliki alat-alat produksi. Sebelum kita mengerti sepenuhnya apa itu kapitalis, kita harus mengerti terlebih dahulu apa itu kapital. Kapital adalah uang yang menghasilkan lebih banyak uang. Dengan kata lain, kapital lebih merupakan uang yang diinvestasikan ketimbang uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Dipandang Marx sebagai “titik tolak kapital” sirkulasi komoditas. Sirkulasi bentuk pertama adalah ciri kapital, yaitu Uang – Komoditas – Uang (dengan uang yang lebih besar) (M1-C-M2). Sedangkan sirkulasi bentuk kedua bukan ciri kapital yaitu Komoditas – Uang – Komoditas (C1-M-C2).

Dalam sirkulasi komoditas nonkapitalis, sirkuit C1-M-C2 lah yang menonjol. Tujuan utama pertukaran didalam sikulasi nonkapitalis adalah komoditas yang bisa kita gunakan dan nikmati. Sebaliknya sirkulasi komoditas kapitalis (M1-C-M2) memiliki tujuan untuk memproduksi lebih banyak uang. Komoditas-komoditas dibeli untuk mendapat keuntungan, bukan untuk digunakan. Tujuan dari sirkuit tidaklah konsumsi nilai guna, sebagaimana didalam sirkulasi sederhana komoditas, melainkan uang yang lebih banyak.

Jadi kapital adalah uang yang menghasilkan lebih banyak uang, namun Marx mengungkapkan kepada kita bahwa kapital bukan hanya itu kapital juga merupakan sebuah relasi sosial tertentu. Kapital tidak bisa meningkat kecuali dengan mengeksploitasi orang-orang yang bekerja secara aktul. Sistem kapitalis adalah struktur sosial yang muncul dari dasar hubungan eksploitatif. Para kapitalis adalah orang-orang yang hidup dari keuntungan kapital mereka, dan kita bisa melihat bahwa mereka adalah pewaris eksploitasi proletariat.

 

B. Eksploitasi

Eksploitasi merupakan suatu bagian penting dari ekonomi kapitalis, di dalam kapitalisme adalah bahwa eksploitasi dilakukan oleh sistem ekonomi yang impersonal dan objektif. Kapitalis membayar para pekerja kurang dari nilai yang mereka hasilkan dan meraup keuntungan untuk diri mereka sendiri. Hal ini membawa kita pada konsep sentral Marx tentang nilai surplus, nilai surplus didefinisikan sebagai perbedaan antara nilai produk ketika dijual dan nilai-nilai elemen-elemen yang digunakan untuk membuat produk tersebut ( termasuk kerja para pekerja).

Nilai surplus, seperti halnya kapital, merupakan relasi sosial partikular dan suatu bentuk dominasi, karena kerja merupakan sumber nilai surplus yang sebenarnya. Angka nilai surplus merupakan ekspresi yang paling tepat bagi tingkat eksploitasi tenaga kerja oleh kapital atau eksploitasi para pekerja oleh kapitalis.

Marx mengemukakan poin paling penting lainnya tentang kapital: “kapital eksis dan hanya bisa eksis sebagai kapital-kapital” maksudnya, bahwa kapitalisme selalu didorong oleh kompetisi yang tiada henti. Marx pada dasarnya berpendapat bahwa struktur dan etos kapitalisme mendorong kapitalis dalam mengarahkan akumulasi pada penumpukan kapital yang lebih banyak lagi. Berdasarkan pandangan Marx bahwa kerja merupakan sumber nilai, kapitalis digiring untuk meningkatkan eksploitasi terhadap ploretariat. Inilah yang mendorong terjadinya konflik kelas.

 

C. Konflik Kelas

Di dalam kapitalisme terdapat konflik kepentingan yang inheren antara orang yang memberi upah para buruh dan para buruh yang kerja mereka diubah kembali menjadi nilai surplus. Konflik inheren inilah yang membentuk kelas-kelas.

Ada dua macam kelas yang ditemukan Marx ketika menganalisis kapitalis: kelas borjuis, merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam ekonomi modern. Konflik antar kelas borjuis dan kelas proletar adalah contoh lain dari kontradiksi material yang sebenarnya. Kontradiksi ini berkembang sampai menjadi kontradiksi antara kerja dan kapitalisme.

Marx melihat bahwa kontradiksi kapitalisme tidak hanya menyebabkan revolusi proletariat, tetapi juga krisis-krisis individual dan sosial yang menimpa masyarakat modern. Pada level ekonomis, Marx memprediksikan suatu rangkaian ledakan dan depresi yang disebabkan oleh produksi yang berlebihan oleh kapitalis dan pemecatan para pekerja demi meningkatkan keuntungan mereka. Sedangkan pada level politis, Marx memprediksikan peningkatan ketidak mampuan suatu masyarakat sipil untuk mendiskusikan dan menyelesaikan persoalan-persoalan sosial.

 

 

 

 

D. Alienasi

Marx percaya bahwa ada hubungan yang inheren antara kerja dan sifat manusia, tetapi ia juga berpendapat kalau hubungan ini telah diselewengkan oleh kapitalisme. Dia menyebut hubungan yang diselewengkan ini dengan alienasi.

Inti seluruh teori Marx adalah proposisi bahwa kelangsungan hidup manusia serta pemenehan kebutuhannya bergantungpada kegiatan produktif dimana secara aktif orang terlibat dalam mengubah lingkungan alamnya. Namun kegiatan produktif itu mempunyai akibat yang paradoks dan ironis, karena begitu individu mencurahkan tenaga kreatifnya itu ala kegiatan produktif, maka produk-produk dari kegiatan ini memiliki sifat sebagai benda obyektif  yang terlrepas dari manusia yang membuatnya. Karena kegiatan produktif meliputi penggunaan tenaga manusia dan kemampuan kreatifnya, maka produk-produk yang diciptakan itu sebenarnya mewujudkan sebagian dari”hakikat manusia” itu (ungkapan marxis yang digemari). Jadi manusia mengkonfrontasikan hakikatnya sendiri (yaitu hasil keringat dan kemampuan kreatufnya) dalam bentuk yang sudah terasing atau diasingkan, atau sebagai benda  dala dunia luar jamngkauan pengontrolan mereka, dan malah manusia harus menyesuaikan diri dengannya. Sesudah itu, kebebasan individu untuk menuangkan kretifitasnya dan mengembangkan kemampuannya sebagai manusia, sangat dibatasi.[2]

Dengan kata lain, individu harus menyesuaikan diri dengan dunia benda-benda yang membatasi kebebasannya sebagai manusia walaupun manusialah yang menciptakannya. Tentu saja mereka tidak sadar bahwa hambatan-hambatan dan kungkunan-kungkungan yang menyulitkan mereka adalah ciptaan mereka sendiri.

Marx menganalisis bentuk yang aneh bahwa hubungan kita dengan kerja kita berada dibawah kapitalisme. Kita bekerja berdasarkan tujuan kapitalis yang menggaji dan mengupah kita. Di dalam kapitalisme, kerja tidak lagi menjadi tujuan pada dirinya sendiri tetapi sebagai ungkapan dari kemampuan dan potensi kemanusiaan, melainkan terekdusi menjadi sarana untuk mencapai tujuan, yaitu memperoleh uang. Individulah yang mengalami alienasi dalam masyarakat kapitalis, fokus analisis dasar marx adalah struktur kapitalisme yang menjadi biang alienasi. Marx menggunakan konsep alienasi untuk pengaruh produksi kapitalis terhadap manusia dan terhadap masyarakat. Hal yang terpenting adalah sistem dua kelas di mana kapitalis menggunakan dan memperlakukan para pekerja (dan dengan cara demikian, waktu kerja mereka) dan alat-alat produksi mereka (alat-alat dan bahan mentah) sebagaimana produk-produk akhir dan para pekerja dipaksa menjual waktu kerja mereka kepada kapitalis agar mereka bisa bertahan.

Alienasi terdiri dari tiga unsur dasar:

  1. para pekerja di dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari aktivitas produktif mereka.
  2. Pekerja tidak hanya teralienasi dari aktivitas-aktivitas produktif, akan tetapi juga dari tujuan aktivitas-aktivitas tersebut –produk. Produk kerja mereka tidak menjadi milik mereka, melainkan menjadi milik para kapitalis yang mungkin saja menggunakan cara-cara yang mereka inginkan, karena produk merupakan hak milik pribadi para kapitalis. Marx menyatakan kepada kita “ hak milik pribadi adalah produk, hasil, dan dampak-dampak yang punya nilai dan harga yang dihasilkan dari kerja yang teralienasi.” Kapitalis akan menggunakan hak miliknya untuk menjual produk demi mendapatkan keuntungan.
  3. Para pekerja di dalam kapitalisme teralienasi dari sesama pekerja. Asumsi Marx adalah bahwa manusia pada dasarnya membutuhkan dan menginginkan bekerja secara kooperatif untuk mengambil apa yang mereka butuhkan dari alam untuk terus bertahan.

Alienasi merupakan satu contoh kontradiksi yang menjadi fokus pendekatan dialektis Marx. Ada kontradiksi nyata antara sifat dasar kita yang dibatasi dan ditransformasikan oleh kerja dengan kondisi-kondisi sosial yang aktual dari kerja di bawah kapitalisme. Marx ingin menekankan bahwa kontaradiksi ini tidak bisa dipecahkan hanya didalam pikiran.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. C.    REALITA  FAKTA KEHIDUPAN SOSIAL DARI TEORI KARL MARX

Pesatnya pertumbuhan ekonomi saat ini banyak membawa perubahan yang dahsyat pada kehidupan sehari-hari, secara tidak sadar masyarakat berada di tengah-tengah arus globalisasi. Kapitalisme sebagai fase perkembangan masyarakat, khususnya negara-negara Barat yang banyak menganut sistem kapitalisme, memunculkan pertentangan antara kaum pemilik modal (borjuis) dengan kelas buruh (proleta).

Munculnya revolusi industri dari buah pemikiran karl marx membawa perubahan besar pada diri kaum proleta saat itu, dengan teori materialisme, dialektik, histori. Marx mendorong adanya perlawanan dari kaum buruh yang selama ini nasibnya selalu terbelenggu oleh kekuasaan kaum borjuas. Perlawanan besar-besaran

menjurus pada pemberontakan  semakin masif, dan meluas sampai ke berbagai negara dan memunculkan banyak tokoh aliran marxisme. Dengan tujuan terciptanya sistem masyarakat sosialisme seperti apa yang disampaikan oleh Karl Marx.

Indonesia tak terkecuali, mulai dari kemerdekaan RI sampai pada reformasi 1998. perlawanan terus dilakukan oleh kaum buruh khususnya di kota-kota besar indonesia seperti Jakarta, Surabaya. Perampasan upah, hak-hak buruh serta sistem kerja kontrak dan outsourcing dinilai sebagai upaya kaum borjuis menengguk keuntungan sebesar-besarnya dengan memeras tenaga mereka. Ketika para pemilik modal (borjuis) mengalami penurunan pendapatan misalnya akibat dari krisis ekonomi global, jalan utama pasti akan melakukan PHK terhadap karyawan. Karyawan akan melakukan demo, karena penghidupan mereka berasal dari upah/gaji kaum borjuis.

Misalnya yang terjadi di Surabaya: Sebanyak empat perusahaan di Surabaya merumahkan sekitar 5.700 karyawan akibat krisis keuangan global. Keempat perusahaan itu adalah PT Propindo Megatama atau Seamaster di jalan Mayjend Sungkono, Pabrik gelas di Sidotopo, PT Lestari Mega Makmur di jalan Mastrip, dan PT Rejeki Mitra Harum di kawasan Kenjeran.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Doyle Paul. Teori sosiologi klasik sampai perkembangan muthakhir teori social post modern. (Yogyakarta: Kreasi wacana, 2010)

Johnson, Doyle Paule. Teori sosiologi klasik dan modern. (Jakarta: Gramedia pustaka, 1994)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


[1] Doyle Paule Johnson, Teori sosiologi klasik dan modern,(Jakarta: Gramedia pustaka, 1994) hal. 120-121

[2] Ibid.,hal. 139-140

This entry was posted in SOS 2/F3. Bookmark the permalink.

Leave a comment